Selasa, 07 Mei 2013

MAKALAH PERNIKAHAN


Contoh Makalah Pernikahan - Di Dalam Agama Islam
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam usaha meleburkan suatu bentuk hukum dalam dunia hukum Islam Indonesia. Tentunya kita ingin mengetahui lebih dalam darimana asal konsep hukum yang diadopsi oleh Departemen Agama RI tersebut yang kemudian menjadi produk hukum yang lazim disebut Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, dan diantara materi bahasannya adalah rukun dan syarat perkawinan yang akan coba kita pelajari perbandingannya dengan fikih munakahat.
Terpenuhinya syarat dan rukun suatu perkawinan, mengakibatkan diakuinya keabsahan perkawinan tersebut baik menurut hukum agama/fikih munakahat atau pemerintah (Kompilasi Hukum Islam).Bila salah satu syarat atau rukun tersebut tidak terpenuhi maka mengakibatkan tidak sahnya perkawinan menurut fikih munakahat atau Kompilasi Hukum Islam, menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan salah satunya.
Berawal dari garis perbandingan antara kedua produk hukum tersebut, pemakalah mencoba membahas perbandingan antara keduanya sehingga dapat diketahui lebih dalam hubungan antara keduanya.
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Nikah secara bahasa : kumpulan, bersetubuh, akad. Secara syar’i : dihalalkannya seorang lelaki dan untuk perempuan bersenangg-senang, melakukan hubungan seksual, dll.
Hukum Nikah Para fuqaha mengklasifikasikan hukum nikah menjadi 5 kategori yang berpulang kepada kondisi pelakunya :
  • Wajib, bila nafsu mendesak, mampu menikah dan berpeluang besar jatuh ke dalam zina
  • Sunnah, bila nafsu mendesak, mampu menikah tetapi dapat memelihara diri dari zina.
  • Mubah, bila tak ada alasan yang mendesak/mewajibkan segera menikah dan/atau alasan yang mengharamkan menikah.
  • Makruh, bila nafsu tak mendesak, tak mampu memberi nafkah tetapi tidak merugikan isterinya.
  • Haram, bila nafsu tak mendesak, tak mampu memberi nafkah sehingga merugikan isterinya.
A.    TUJUAN DAN HIKMAH NIKAH
Tujuan Nikah ditinjau dari :
Tujuan Fisiologis Yaitu bahwa sebuah keluarga harus dapat menjadi :

1.Tempat semua anggota keluarga mendapatkan sarana berteduh yang baik & nyaman.
2.Tempat semua anggota keluarga mendapatkan kosumsi makan-minum-pakaian yang memadai.
3.Tempat suami-isteri dapat memenuhi kebutuhan biologisnya.
Tujuan Psikologis Yaitu bahwa sebuah keluarga harus dapat menjadi :
1.Tempat semua anggota keluarga diterima keberadaannya secara wajar & apa adanya.
2.Tempat semua anggota keluarga mendapat pengakuan secara wajar dan nyaman.
3.Tempat semua anggota keluarga mendapat dukungan psikologis bagi perkembangan jiwanya.
4.Basis pembentukan identitas, citra dan konsep diri para anggota keluarga.
Tujuan Sosiologis Yaitu bahwa sebuah keluarga harus dapat menjadi :
1.Lingkungan pertama dan terbaik bagi segenap anggota keluarga.
2.Unit sosial terkecil yang menjembatani interaksi positif antara individu anggota keluarga dengan masyarakat sebagai unit sosial yang lebih besar.
Tujuan Da’wah Yaitu bahwa sebuah keluarga harus dapat menjadi :
1.Menjadi obyek wajib da’wah pertama bagi sang da’i.
2.Menjadi prototipe keluarga muslim ideal (bagian dari pesona islam) bagi masyarakat muslim dan nonmuslim.
3.Setiap anggota keluarga menjadi partisipan aktif-kontributif dalam da’wah.
4.Memberi antibodi/imunitas bagi anggota keluarga dari kebatilan dan kemaksiatan
Islam tidak mensyari’atkan sesuatu melainkan dibaliknya terdapat kandungan keutamaan dan hikmah yang besar. Demikian pula dalam nikah, terdapat beberapa hikmah dan maslahat bagi pelaksananya :
a).Sarana pemenuh kebutuhan biologis (QS. Ar Ruum : 21)
b).Sarana menggapai kedamaian & ketenteraman jiwa (QS. Ar Ruum : 21)
c).Sarana menggapai kesinambungan peradaban manusia (QS. An Nisaa’ : 1, An Nahl : 72).
Rasulullah berkata : “Nikahlah, supaya kamu berkembang menjadi banyak. Sesungguhnya saya akan membanggakan banyaknya jumlah ummatku.” (HR. Baihaqi)
d).Sarana untuk menyelamatkan manusia dari dekadensi moral.
Rasulullah pernah berkata kepada sekelompok pemuda : “Wahai pemuda, barang siapa diantara kalian mampu kawin, maka kawinlah. Sebab ia lebih dapat menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Namun jika belum mampu, maka berpuasalah, karena sesungguhnya puasa itu sebagai wija’ (pengekang syahwat) baginya.” (HR Bukhari dan Muslim dalam Kitab Shaum)
B.PEMINANGAN (KHITBAH) SEBELUM PELAKSANAAN PERNIKAHAN
Definisi Peminangan. Beberapa ahli Fiqih berbeda pendapat dalam pendefinisian peminangan. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut: Wahbah Zuhaili mengatakan bahwa pinangan (khitbah­) adalah pernyataan seorang lelaki kepada seorang perempuan bahwasanya ia ingin menikahinya, baik langsung kepada perempuan tersebut maupun kepada walinya. Penyampaian maksud ini boleh secara langsung ataupun dengan perwakilan wali.
Adapun Sayyid Sabiq, dengan ringkas mendefinisikan pinangan (khitbah) sebagai permintaan untuk mengadakan pernikahan oleh dua orang dengan perantaraan yang jelas. Pinangan ini merupakan syariat Allah SWT yang harus dilakukan sebelum mengadakan pernikahan agar kedua calon pengantin saling mengetahui.
Amir Syarifuddin mendefinisikan pinangan sebagai penyampaian kehendak untuk melangsungkan ikatan perkawinan. Peminangan disyariatkan dalam suatu perkawinan yang waktu pelaksanaannya diadakan sebelum berlangsungnya akad nikah.
Al-hamdani berpendapat bahwa pinangan artinya permintaan seseorang laki-laki kepada anak perempuan orang lain atau seseorang perempuan yang ada di bawah perwalian seseorang untuk dikawini, sebagai pendahuluan nikah.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pinangan (khitbah) adalah proses permintaan atau pernyataan untuk mengadakan pernikahan yang dilakukan oleh dua orang, lelaki dan perempuan, baik secara langsung ataupun dengan perwalian. Pinangan (khitbah) ini dilakukan sebelum acara pernikahan dilangsungkan.
Dasar dan Hukum Pinangan Dari Mughirah R.A., sesungguhnya ia pernah meminang seseorang perempuan, lalu Nabi SAW. Bersabda kepadanya,” Lihatlah perempuan itu dahulu karena sesungguhnya melihat itu lebih cepat membawa kekekalan kecintaan antara keduanya.” (H.R. Nasa’i dan Tirmizi)
Dari Abu Hurairah R.A., dia berkata,” Aku duduk di dekat Nabi SAW. lalu datang seorang laki-laki kepada beliau dan bercerita bahwa ia akan menikahi seseorang perempuan dari kaum Anshar. Rasulullah lalu bersabda,”Sudahkah engkau lihat wajahnya?” laki-laki itu menjawab, “belum”. Rasulullah bersabda lagi,” pergi dan lihatlah karena sesungguhnya pada wajah kaum Anshar itu mungkin ada sesuatu yang menjadi cacat.” (H.R. Muslim dan Nasa’i)
Memang terdapat dalam al-qur’an dan dalam banyak hadis Nabi yang membicarakan hal peminangan. Namun tidak ditemukan secara jelas dan terarah adanya perintah atau larangan melakukan peminangan, sebagaiman perintah untuk mengadakan perkawinan dengan kalimat yang jelas, baik dalam al-qur’an maupun dalam hadis Nabi. Oleh karena itu, dalam menetapkan hukumnya tidak terdapat pendapat ulama yang mewajibkannya, dalam arti hukumannya mubah.
Akan tetapi, Ibnu Rusyd dengan menukil pendapat imam Daud Al-Zhahiriy, mengatakan bahwa hukum pinangan adalah wajib. Ulama ini mendasarkan pendapatnya pada hadis-hadis nabi yang menggambarkan bahwa pinangan (khitbah) ini merupakan perbuatan dan tradisi yang dilakukan nabi dalam peminangan itu.
Hikmah Peminangan
Ada beberapa hikmah dari prosesi peminangan, diantaranya:
Wadah perkenalan antara dua belah pihak yang akan melaksanakan pernikahan. Dalam hal ini, mereka akan saling mengetahui tata etika calon pasangannya masing-masing, kecendrungan bertindak maupun berbuat ataupun lingkungan sekitar yang mempengaruhinya. Walaupun demikian, semua hal itu harus dilakukan dalam koridor syariah. Hal demikian diperbuat agar kedua belah pihak dapat saling menerima dengan ketentraman, ketenangan, dan keserasian serta cinta sehingga timbul sikap saling menjaga, merawat dan melindungi.
Sebagai penguat ikatan perkawinan ynag diadakan sesudah itu, karena dengan peminangan itu kedua belah pihak dapat saling mengenal. Bahwa Nabi SAW berkata kepada seseorang yang telah meminang perempuan:” melihatlah kepadanya karena yang demikian akan lebih menguatkan ikatan perkawinan.
Macam-Macam Peminangan Ada beberapa macam peminangan, diantaranya sebagai berikut:
1.      Secara langsung yaitu menggunakan ucapan yang jelas dan terus terang sehingga tidak mungkin dipahami dari ucapan itu kecuali untuk peminangan, seperti ucapan,”saya berkeinginan untuk menikahimu.”
2.      Secara tidak langsung yaitu dengan ucapan yang tidak jelas dan tidak terus terang atau dengan istilah kinayah. Dengan pengertian lain ucapan itu dapat dipahami dengan maksud lain, seperti pengucapan,”tidak ada orang yang tidak sepertimu.”
Perempuan yang belum kawin atau sudah kawin dan telah habis pula masa iddahnya boleh dipinang dengan ucapan langsung aau terus terang dan boleh pula dengan ucapan sindiran atau tidak langsung. Akan tetapi bagi wanita yang masih punya suami, meskipun dengan janji akan dinikahinya pada waktu dia telah boleh dikawini, tidak boleh meminangnya dengan menggunakan bahasa terus terang tadi.
Hal-Hal yang Berkaitan dengan Peminangan.
1.      Norma Kedua Calon Pengantin Setelah Peminangan.
Peminangan (khitbah) adalah proses yang mendahului pernikahan akan tetapi bukan termasuk dari pernikahan itu sendiri. Pernikahan tidak akan sempurna tanpa proses ini, karena peminangan (khitbah) ini akan membuat kedua calon pengantin akan menjadi tenang akibat telah saling mengetahui.
Oleh karena itu, walaupun telah terlaksana proses peminangan, norma-norma pergaulan antara calon suami dan calon istri masih tetap sebagaimana biasa. Tidak boleh memperlihatkan hal-hal yang dilarang untuk diperlihatkan.
2.      Peminangan Terhadap Seseorang yang Telah Dipinang.
Seluruh ulama bersepakat bahwa peminangan seseorang terhadap seseorang yang telah dipinang adalah haram. Ijma para ulama mengatakan bahwa peminangan kedua, yang datang setelah pinangan yang pertama, tidak diperbolehkan. Hal tersebut terjadi apabila:
v  Perempuan itu senang kepada laki-laki yang meminang dan menyetujui pinangan itu secara jelas (Sharahah) atau memberikan izin kepada walinya untuk menerima pinangan itu.
v  Pinangan kedua datang tidak dengan izin pinangan pertama.
v  Peminang pertama belum membatalkan pinangan.
Hal ini sesuai dengan hadis nabi yang berbunyi,” Janganlah kalian membeli sesuatu pembelian saudara kalian, dan janganlah kalian meminang pinangan saudara kalian, kecuali dengan izinnya.”
Seluruh imam bersepakat bahwa hadis diatas berlaku bagi pinangan yang telah sempurna. Hal tersebut terjadi agar tidak ada yang merasa sakit hati satu sama lain. Adapun mengenai pinangan yang belum sempurna, dengan pengertian masih menunggu jawaban, beberapa ulama berbeda pendapat. Hanafiah mengatakan, pinangan terhadap seseorang yang sedang bingung dalam menentukan keputusan adalah makruh. Hal ini bertentangan dengan pendapat sebagian ulama yang mengatakan bahwa sesungguhnya perbuatan itu tidak haram. Pendapat ini berdasarkan peristiwa Fatimah binti Qois yang dilamar oleh tiga orang sekaligus, yaitu Mu’awiyah, Abu Jahim bin Huzafah dan Usamah bin Zaid. Hal itu terjadi setelah selesainya masa iddah Fatimah yang telah ditalak oleh Abu Umar bin Hafsin.
Walaupun demikian, pendapat Hanafi lebih kuat landasannya karena sesuai dengan tata perilaku islam yang mengajarkan solidaritas. Peminangan yang dilakukan terhadap seseorang yang sedang bingung dalam mempertimbangkan keputusan lebih berdampak pada pemutusan silaturrahim terhadap peminang pertama dan akan mengganggu psikologis yang dipinang.

3.      Orang-Orang yang Boleh Dipinang.
Pada dasarnya, seluruh orang yang boleh dinikahi merekalah yang boleh dipinang. Sebaliknya, mereka yang tidak boleh untuk dinikahi, tidak boleh pula untuk dipinang. Dalam hal ini, ada syarat agar pinangan diperbolehkan.
v  Bukan Orang-Orang yang Dilarang Menikahinya.
v  Bukan Orang-Orang yang Telah Dipinang Orang Lain.
v  Tidak Dalam Masa ‘Iddah
v  Batas-Batas yang Boleh Dilihat Ketika Khitbah
Dalam hal ini, para ulama terbagi menjadi empat bagian:
v  Hanya muka dan telapak tangan. Banyak ulama fiqih yang berpendapat demikian. Pendapat ini berdasarkan bahwa muka adalah pancaran kecantikan atau ketampanan seseorang dan telapak tangan ada kesuburan badannya.
v  Muka, telapak tangan dan kaki. Pendapat ini diutarakan oleh Abu Hanifah.
v  Wajah, leher, tangan, kaki, kepala dan betis. Pendapat ini dikedepankan para pengikut Hambali.
v  Bagian-bagian yang berdaging. Pendapat ini menurut al-Auza’i.
v  Keseluruh badan. Pendapat ini dikemukakan oleh Daud Zhahiri. Pendapat ini berdasarkan ketidakadaan hadis nabi yang menjelaskan batas-batas melihat ketika meminang.

4.      Waktu dan Syarat Melihat Pinangan
Imam Syafi’i berpendapat bahwa seorang calon pengantin, terutama laki-laki, dianjurkan untuk melihat calon istrinya sebelum pernikahan berlangsung. Dengan syarat bahwa perempuan itu tidak mengetahuinya. Hal itu agar kehormatan perempuan tersebut terjaga. Baik dengan izin atau tidak.
Imam Maliki dan Imam Hambali mengatakan bahwa melihat pinangan adalah disaat kebutuhan mendesak. Itu disebabkan agar tidak menimbulkan fitnah dan menimbulkan syahwat.
Wahbah Zuhaili mengatakan, pada dasarnya melihat pinangan itu diperbolehkan asalkan tidak dengan syahwat.

C.     PELAKSANAAN PERNIKAHAN (AKAD NIKAH) PENGERTIAN AKAD NIKAH
Secara bahasa : akad = membuat simpul, perjajian, kesepakatan; akad nikah = mengawinkan wanita.
secara syar’i : Ikrar seorang pria untuk menikahi/mengikat janji seorang wanita lewat perantara walinya, dengan tujuan
a.       hidup bersama membina rumah tangga sesuai sunnah Rasulullah saw.
b.      memperoleh ketenangan jiwa.
c.       menyalurkan syahwat dengan cara yang halal
d.      melahirkan keturunan yang sah dan shalih.
Rukun Dan Syarat Sah Nikah
Akad nikah tidak akan sah kecuali jika terpenuhi rukun-rukun yang enam perkara ini :
1)      Ijab-Qabul
Islam menjadikan Ijab (pernyataan wali dalam menyerahkan mempelai wanita kepada mempelai pria) dan Qabul (pernyataan mempelai pria dalam menerima ijab) sebagai bukti kerelaan kedua belah pihak. Al Qur-an mengistilahkan ijab-qabul sebagai miitsaaqan ghaliizhaa (perjanjian yang kokoh) sebagai pertanda keagungan dan kesucian, disamping penegasan maksud niat nikah tersebut adalah untuk selamanya.
Syarat ijab-qabul adalah :
a.       Diucapkan dengan bahasa yang dimengerti oleh semua pihak yang hadir.
b.      Menyebut jelas pernikahan & nama mempelai pria-wanita
2)      Adanya mempelai pria.
Syarat mempelai pria adalah :
v  Muslim & mukallaf (sehat akal-baligh-merdeka); lihat QS. Al Baqarah : 221, Al Mumtahanah : 9.
v  Bukan mahrom dari calon isteri.
v  Tidak dipaksa.
v  Orangnya jelas.
v  Tidak sedang melaksanakan ibadah haji.
3)      Adanya mempelai wanita.
Syarat mempelai wanita adalah :
a.       Muslimah (atau beragama samawi, tetapi bukan kafirah/musyrikah) & mukallaf; lihat QS. Al Baqarah : 221, Al Maidah : 5.
b.      Tidak ada halangan syar’i (tidak bersuami, tidak dalam masa ‘iddah & bukan mahrom dari calon suami).
c.       Tidak dipaksa.
d.      Orangnya jelas.
e.       Tidak sedang melaksanakan ibadah haji.
4)      Adanya wali
Syarat wali adalah :
a.       Muslim laki-laki & mukallaf (sehat akal-baligh-merdeka).
b.      Adil
c.       Tidak dipaksa.
d.      Tidaksedang melaksanakan ibadah haji.
Tingkatan dan urutan wali adalah sebagai berikut:
a.       AyaH
b.      Kakek
c.       Saudara laki-laki sekandung
d.      Saudara laki-laki seayah
e.       Anak laki-laki dari saudara laki – laki sekandung
f.       Anak laki-laki dari saudara laki – laki seayah
g.      Paman sekandung
h.      Paman seayah
i.        Anak laki-laki dari paman sekandung
j.        Anak laki-laki dari paman seayah.
k.      Hakim
l.        Adanya saksi (2 orang pria).
Meskipun semua yang hadir menyaksikan aqad nikah pada hakikatnya adalah saksi, tetapi Islam mengajarkan tetap harus adanya 2 orang saksi pria yang jujur lagi adil agar pernikahan tersebut menjadi sah. Syarat saksi adalah
a.       Muslim laki-laki & mukallaf (sehat akal-baligh-merdeka).
b.      ‘Adil
c.       Dapat mendengar dan melihat.
d.      Tidak dipaksa.
e.       Memahami bahasa yang dipergunakan untuk ijab-qabul.
f.       Tidak sedang melaksanakan ibadah haji.
g.      Mahar.
Beberapa ketentuan tentang mahar :
Mahar adalah pemberian wajib (yang tak dapat digantikan dengan lainnya) dari seorang suami kepada isteri, baik sebelum, sesudah maupun pada saat aqad nikah. Lihat QS. An Nisaa’ : 4.
o   Mahar wajib diterimakan kepada isteri dan menjadi hak miliknya, bukan kepada/milik mertua.
o   Mahar yang tidak tunai pada akad nikah, wajib dilunasi setelah adanya persetubuhan.
o   Mahar dapat dinikmati bersama suami jika sang isteri memberikan dengan kerelaan.
o   Mahar tidak memiliki batasan kadar dan nilai. Syari’at Islam menyerahkan perkara ini untuk disesuaikan kepada adat istiadat yang berlaku. Boleh sedikit, tetapi tetap harus berbentuk, memiliki nilai dan bermanfaat. Rasulullah saw senang mahar yang mudah dan pernah pula
DAFTAR PUSTAKA
Dewantoro Sulaiman, SE, Agenda Pengantin, Hidayatul Insan, Solo, 2002
Rasjid, Sulaiman, H., Fikh Islam, Sinar Baru Algesindo, Bandung, 1996
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Kencana: Jakarta. 2007
Al-Hamdani, Risalah an-Nikah, Pustaka Amani: Jakarta. 2002

Sumber Materi : http://sumber-mu.blogspot.com/2013/02/contoh-makalah-pernikahan-di-dalam.html#ixzz2SarplxSk

HIKMAH PERNIKAHAN DALAM ISLAM


HIKMAH PERNIKAHAN DALAM ISLAM

Hikmah Pernikahan dalam Islam – Sudahkah kita merenungi hikmah sebuah pernikahan? Tentunya banyak hal yang direnungkan dan dipikirkan sebelum kita menuju arah yang lebih jauh dalam menentukan langkah hidup. Dan diantaranya adalah memahami hikmah yang dalam dari sebuah pernikahan. Menikah bukan sekedar perjalanan hidup untuk menghasilkan keturunan ataupun proses rotasi dari sebuah kehidupan duniawi, namun lebih dari itu pernikahan memiliki makna yang dalam. Begitupun dalam pandangan Islam pernikahan memiliki hikmah bagi jalan seseorang untuk mencapai kesempurnaan dalam beribadah kepada Rabnya.
Didasarkannya manusia menjadi mahkluk yang mulia, menjadikan setiap langkahnya menuju sebuah perjalanan  yang mengandung nilai-nilai rohaniah. Diciptakannya akal dan pikiran menjadikan manusia lebih tinggi derajatnya dibandingkan mahkluk lainnya di muka bumi ini. Hingga Allah pun menciptakan manusia berlainan jenis dan saling berpasang-pasangan untuk melengkapi diantaranya. Sebelum memasuki proses saling melengkapi inilah, manusia diberikan ruang yang luas untuk memahami akan makna dan hikmah yang terkandung didalamnya. Berikut ini beberapa hikmah ditinjau dari kaidah pandangan Islam yang dapat kita petik untuk menjadi acuan dalam kita mengarungi bahtera rumah tangga.
1.Sebagai bagian dari sebuah perjalan ibadah yaitu respon thd perintah Allah melalui ayat suciNya (Qs An Nuur:32).
2.Pahala yang besar bagi yang menikah sesuai dengan janji Allah.
3.Adanya penjagaan diri, dimaksudkan untuk manusia dapat terhindar dari perbuatan-perbuatan atau godaan setan untuk masuk ke dalam lembah dosa.
4.Langgengkan keturunan, dimaksudakan untuk menciptakan generasi-generasi baru sebagai ahli waris dan penerus syiar.
5.Cukupi kebutuhan wanita.
6.Raih ketenangan cinta dan kasih sayang sesuai yang tercantum dalam surat (Q Ar Rum:21)
7.Terciptanya hubungan kekeluargaan diantara 2 keluarga besar.
8.Peroleh keturunan.
9.Hindarkan masyarakat dari kemerosotan moral.
10.Dapat menjadi sebab datangnya rizki. “Jika mereka miskin, Allah akan mengayakan mereka dengan Karunia-Nya..”(QS an Nur:32)
Mungkin tadi sekilas hikmah yang terkandung dalam sebuah pernikahan yang sakral. Tentunya masih banyak hikmah yang dapat kita raih dari sebuah pernikahan. Namun begitu pernikahan merupakan sebuah cita-cita suci dari setiap insan dalam mengarungi bahtera kehidupan di dunia menuju ke kehidupan yang kekal yaitu akhirat. Mudah-mudahan dengan kita mengerti akan hikmah yang begitu mulia dari sebuah pernikahan mengukuhkan kita untuk senantiasa menjadikan pernikahan sebagai sebuah landasan untuk kita beribadah pada Allah SWT.

Pemberian nama bayi yang islami


Nama ialah sebuah identitas yang diberikan kepada seseorang sebagai pengenal dirinya untuk orang lain. Pemberian Nama bayi yang islami ialah nama yang baik artinya dan bertujuan untuk memberikan pengenal sekaligus harapan akan seorang anak ketika dewasa kelak.

Pemberian nama bayi yang islami mencakup beberapa aturan antara lain;

Pemberian nama bayi yang islami


Sebaiknya beri nama kepada bayi yan terdiri dari dua suku kata. Hal ini berguna agar memberdakan kesamaan nama yang mungkin terjadi, dan juga sebagai pembeda antara nama yang satu dengan yang lainnya.

Kita juga bisa memakai nama yang mengarah kepersembahan kepada Allah swt, salah satu contohnya ialah mengambil nama nama asmaul husna dengan catatan memberikan kata Abdu atau Abdul di depannya seperti abdurahman atau abdul azis dll.

Alangkah baiknya juga pemberian nama kepada bayi didasarkan dengan nama-nama nabi dan rasul, dengan harapan kelak ia akan memiliki akhlak bagai seorang nabi ataupun rasul


Nama-nama yang tidak diperbolehkan dalam islam


Diharamkan bagi umat muslim untuk memberikan nama kepada anak atau bayinya yang mengarah ke persembahan selain Allah, contohnya saja kebalikan dari nama yang semestinya menggunakan Abdu, Abdu berarti hamba dan sudah seharusnya diikutkan dengan sifat-sifat Allah misalnya saja, Abdul yusuf yang berarti hambah Yusuf. Semuanya ini berkaitan dengan persembahan selain Allah swt.

Dilarang menggunakan nama dari asmaul husna tanpa didahului dengan kata "Abdu" di depannya. Misalnya Rahman, Rahim dan lain-lain

Sebaiknya Anda tidak memberikan nama seperti nama-nama orang kafir atau fasik. Misalnya nama artis idola yang menjadi idola karena ketenaran belaka bukanya dari akhlaknya. Ingatlah nama ialah doa bagi sang  bayi / anak

kumpulan+nama+bayi
Dimakruhkan memberikan nama bayi atau anak yang sesuai dengan nama surat yang ada didalam Al-quran.
Selain itu juga di dalam sebuah hadis dikatakan bahwa Allah sangat membenci orang-orang yang memberikan nama atau menamai dirinya dengan maksud kekuasaan seperti raja di raja atau segala bentuk yang menunjukkan kebesaran nama yang menunjukkan kekusaan terhadap sesuatu.

Nama nama bayi islam


Huruf A

ABBAS artinya Singa
ABDULLAH artinya Hamba Allah
ABDUL AZIZ artinya Hamba Allah yang maha perkasa
ABDUL BASHIR artinya Hamba Allah yang maha melihat
ABID artinya Orang yang beribadah
ABIDAH artinya Beradab
ABIDIN artinya Orang yang beragama
ABU artinya Bapak/Ayah
AUFA artinya Lebih Cepat
AZHAR artinya Lebih cerah, bunga-bunga
AZMI artinya Berhati teguh
AZZAM artinya Kebulatan tekad


Huruf B


BA'ATS artinya Kebangkitan
BADAR artinya Bulan purnama
BADI artinya Indah
BADILAH artinya Pengganti
BAHIYAH artinya Indah sekali
BAHY artinya Yang tampan
BAINAH artinya Bukti nyata
BAITAH artinya Rumah indah
BURHAN artinya Bukti (dalil), cahaya
BURHANNUDDIN artinya Cahaya agama
Busyr artinya Wajah yang berseri

Huruf D

DAAR artinya Rumah, tempat
DAIM artinya Terus menerima selamanya
DALAL artinya Perantara jual beli, petunjuk
DARIS artinya Pembaca
DAROBAH artinya Melatih
DARIF artinya Orang yang arif
DHAHIR artinya Lembah yang indah
DZAKWAN artinya Sangat cerdas, harum semerbak
DZAKI artinya Cerdas
DZULFIQAR artinya Pengelana, pengembara


Huruf F

FAAD artinya Manfaat
FAHMI artinya Pemahaman
FAIRUZ artinya Permata
FAIZ artinya Menang
FARID artinya Batu permata
FARIS artinya Penunggang kuda
FARIQ artinya Jelas perbedaannya
FUAD artinya Hati, akal
FUROD artinya Air yang segar
FURU' artinya Hukum kewajiban agama


Huruf G

GADI artinya Tuhan adalah penuntunku
GAFAR artinya Pengampun
GAFLAT artinya Kelalaian
GAMAL artinya Onta
GHANIMAH artinya Penghasilan
GHARIZAH artinya Naluri
GHAZALI artinya Secepat kijang
GHAZAH artinya Sasaran
GHAZALAH artinya Saat matahari terbit
GHUFRON artinya Pengampun

Huruf H

HABIB artinya Kekasih, yang dicintai
HABIBAH artinya Kekasih tersayang, sosok kesayangan
HABIBI artinya Kesayanganku
HANBAL artinya Murni
HANIF artinya Tunduk
HARIS artinya Cinta, rindu
HASNA artinya Cantik, molek
HURIYAH artinya Bidadari surga, wanita yang cantik
HUWAIDAH artinya Lemah lembut
HYLMI artinya Penyabar

Huruf I

IBNI artinya Anak laki-laki
IBNU artinya Anak laki-laki dari ...
IBRA artinya Pembebasan dari tanggung jawab
IMAD artinya Arus utama
IMAMAH artinya Kepemimpinan
IMANI artinya Keimanan, berpikir sabar (baik)
ISTISLAH artinya Bermanfaat
ISYRAF artinya Kemuliaan, pengawasan
ISYTIAK artinya Perasaan cinta kepada Allah
IZDIHAR artinya Berkilau

Huruf J

JA'AT artinya Tumbuh-tumbuhan berbunga biru muda
JABAL artinya Gunung
JABAR artinya Mempunyai kekuasaan dan kekuatan
JAMILAH artinya Cantik, rupawan
JAMAL artinya Indah
JAMHUR artinya Ahli ilmu pengetahuan
JUHARIAH artinya Lantang serta nyaring
JUMAN artinya Mutiara
JUMANAH artinya Mutiara
JUNAINAH artinya Kebun indah

Huruf K

KABIR artinya Besar , mengayuh
KADHIM artinya Menahan diri
KADARIYAH artinya Mempunyai kekuasaan mutlak
KAFARAT artinya Denda yang harus di bayar
KHAFI artinya Yang tersembunyi
KHAFID artinya Orang yang hafal Al-Qur'an
KHAIR artinya Baik sekali
KHULUD artinya Keabadian
KUFU artinya Kesamaan derajat
KUSALA artinya Malas

Huruf L

LABIB artinya Yang berakal cerdik
LABIBAH artinya Sehat akal; cerdas
LAILI artinya Malam; mutiara
LATEEF artinya Menyenangkan
LATHIFAH artinya Lemah lembut
LEILA artinya Wanita cantik berambut hitam
LUJMAH artinya Bukit yang datar
LUQMAN artinya Orang yang bijaksana
LUQYANAH artinya Perjumpaan
LUTHFI artinya Lembut

Huruf M

MA'A artinya Bersama
MAHAR artinya Mas kawin, pemberian, mahar
MAHMUD artinya Yang terpuji
MAHFUL artinya Yang tersimpan di dalam hati, yang dihafal
MIFTAH artinya Kunci pembuka
MUBARAK artinya Yang diberkati
MUHAMI artinya Pengacara
MUSTAFA artinya Pilihan
MUSTAJAB artinya yang terkabul doanya
MUTAWAKKIL artinya Yang bertawakal

Huruf N

NABA artinya Berita besar
NABILAH artinya Mahir cerdas
NADIAH artinya Awal dari sesuatu
NADA artinya Embun
NAILAH artinya Yang suka memberi
NAIFAH artinya Berkedudukan tinggi
NAJMI artinya Bintang
NUR artinya Cahaya
NURAINI artinya Cahaya mataku
NUZUL artinya Turun

Huruf Q

QABIL artinya Cakap
QADAMA artinya Dahulu, pemberani
QAMAR artinya Rembulan
QAMARIAH artinya Berdasarkan bulan
QANITAH artinya Taat, berbakti
QARI' artinya Orang laki-laki yang membaca Al-Qur'an
QURRATU'AIN artinya Sedap dipandang mata
QURUNULBAHRI artinya Mutiara
QUYUNUN artinya Tukang besi
QATRUNADA artinya Tetesan embun

Huruf R

RAAD artinya Petir, halilintar
RABIAH artinya Subur
RAFA artinya Bahagia
RAFI artinya Yang tinggi, mulia
RAIHANAH artinya Wanita yang baik jiwanya
RIDWAN artinya Kerelaan
RIFA' artinya Setuju, sepakat, mufakat
RIJAL artinya Orang laki-laki
RUWAIDAH artinya Berhati-hati
RUZZA artinya Nasi

Huruf S

SA'ADAH artinya Yang berbahagia
SABAR artinya Tenang, tidak mudah
SADIYA artinya Beruntung
SADIRA artinya Bintang
SAIFANI artinya Pedang kembar
SALAMAH artinya Keselamatan
SALWA artinya Madu
SHIDIQ artinya Selalu membenarkan
SYAKIRAH artinya Orang yang suka bersyukur
SYARIF artinya Mulia

Huruf T

TABINA artinya Pengikut nabi Muhammad
TA'ARUF artinya Perkenalan
TABARAK artinya Mendapat berkah maha suci
TAHIRA artinya Perawan
TALITHA artinya Gadis muda belia
TAUFIQ artinya Pertolongan Allah
TSABIT artinya Yang tetap
TSANY artinya Kedua
TSAQIB artinya Jitu
TSARWAH artinya Kekayaan

Huruf U

UBADAH artinya Berbakti kepada Tuhan
UBAIDAH artinya Menyerahkan segalanya kepada Allah
UFUK artinya Kaki langit
UJUB artinya Rasa bangga
ULFAH artinya Pemberani
ULIMA artinya Kebijaksanaa
UMMIYAH artinya Harapan
UZLAH artinya Mengasingkan diri untuk beribadah

Huruf V

VEGA artinya Bintang jauh
VERDA artinya Mudah, segar

Huruf W

WA'AD artinya Janji
WAFI artinya Sempurna
WAFA artinya Wahyu
WAHID artinya Pemberi
WAHYU artinya Petunjuk dari Allah
WASI' artinya Luas, menguasai
WASTIQAH artinya Yang benar
WIFA' artinya Persetujuan
WIJDANIAH artinya Pencapaian melalui batin
WIJDAN artinya Perasaan, kegembiraan, kasih sayang, kekayaan

Huruf Y

YAASIR artinya Orang yang mudah
YAFI artinya Tinggi dan terhormat
YAFIAH artinya Mudah dan tinggi
YAMNAH artinya Yang berada di tangan
YASAMINAH artinya Bungan melati
YUMNA artinya Yang memperoleh berkah
YUSRIYAH artinya Yang sangat mudah, yang sangat kaya
YUSR artinya Kemudahan, kekayaan
YAZID artinya Semakin bertambah
YAKIN artinya Percaya

Huruf Z

ZAHIRAH artinya Bercahaya
ZAAD artinya Menambah
ZAHRAN artinya Berkilauan
ZAIDAH artinya Tambahan, yang berkembang
ZAKI artinya Bersih, membersihkan diri
ZAKIYAH artinya Yang baik
ZAIN artinya Hiasan, bagus
ZHAN artinya Prasangka, kecurigaan
ZARIFAH artinya Bibit
ZUFAR artinya Pemberani